Selasa, 04 Oktober 2011

Jumat, 10 Juni 2011

Siyasah


PRINSIP-PRINSIP SIYASAH DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
PRINSIP-PRINSIP DALAM AL-QUR’AN
1. Kedudukan Manusia di atas dan Bumi
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 30
“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi,…."
Dalam QS. Al-An’am ayat 165
“ Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu,…”

2. Prinsip Manusia Sebagai Umat yang Satu
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 213
“Manusia itu adalah umat yang satu,…”
Dalam QS. Al-Hujarat ayat 13
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

3. Prinsip Menegakkan Kepastian Hukum dan Keadilan
Dalam QS. An-Nisa’ ayat 135
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
Dalam QS. Al-Maidah ayat 6
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

4. Prinsip Kepemimpinan
Dalam QS. An-Nisa’ ayat 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu,…”
Dalam QS. As-Syu’ara ayat 150-152
“maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan."

5. Prinsip Musyawarah
Dalam QS. Ali Imran ayat 159
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Dalam QS. Asy-Syuura ayat 38
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”

6. Prinsip Persatuan dan Persaudaraan
Dalam QS. Ali Imran ayat 103
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Dalam QS. Al-Hujarat ayat 10
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

7. Prinsip Persamaan
Dalam QS. Al-Hujarat ayat 13
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

8. Prinsip Hidup Bertetangga/Hubungan antar Negara Bertetangga
Dalam QS. An-Nisa’ ayat 2
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu,…”

9. Prinsip Tolong-Menolong dan Membela yang Lemah
Dalam QS. Surah Al-Maidah ayat 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Dalam QS. Surah Al-Balad ayat 12-16
“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.”

10. Prinsip Perdamaian dan Peperangan/Hubungan Internasional
Dalam QS. Al-Anfal ayat 61
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 190
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

11. Prinsip Ekonomi dan Perdagangan
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 275
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Dalam QS. Al-A’raf ayat 85
“Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya”

12. Prinsip Administrasi dalam Perikatan/Muamalah
Dalam QS. A-Baqarah ayat 282
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya.”

13. Prinsip Membela Negara
Dalam QS. At-Taubah ayat 38
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”

14. Prinsip Hak-Hak Asasi
a. Hak Untuk Hidup
Dalam QS. Al-Isra’ ayat 33
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”
b. Hak Atas Milik Pribadi dan Mencari Nafkah
Dalam QS. An-Nisa’ ayat 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.”
Dalam QS. Al-Jum’ah ayat 10
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
c. Hak atas Penghormatan dan Kehidupan Pribadi
Dalam QS. An-Nur ayat 27
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”
d. Hak Berpendapat dan Berserikat
Dalam Surah An-Nisa’ ayat 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya)”
Dalam QS. Ali-Imran ayat 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
e. Hubungan Kebebasan Beragama, Toleransi atas Agama dan Hubungan antar Pemeluk Agama
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 256
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
f. Hak Persamaan di depan Hukum dan Membela Diri
Dalam QS. An-Nisa’ ayat 58
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.”
Dalam QS. Al-Syura ayat 41
“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka.
g. Hak Kebebasan dari Penganiayaan
Dalam QS. Al-A’raf ayat 33
“Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar.”
h. Hak Kebebasan dari Rasa Takut
Dalam QS. Al-Maidah ayat 32
“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”

15. Prinsip Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar
Dalam QS. Ali Imran ayat 110
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
16. Prinsip dalam Menetapkan Para Pejabat atau Pelaksanaan Suatu Urusan
Dalam QS. Al-Qashash ayat 26
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”


PRINSIP-PRINSIP DALAM HADITS
1. Prinsip Kebutuhan akan Pemimpin
“Apabila ada tiga orang bepergian keluar hendaklah salah seorang di antara mereka menjadi pemimpin” (HR. Abu Daud)
“Tidak boleh bagi tiga orang yang berada di tempat terbukan di muka bumi ini kecuali ada salah seorang di antara mereka yang menjadi pemimpin mereka”. (HR. Ahmad)

2. Prinsip Tanggung Jawab Seorang Pemimpin
“Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya, seorang kepala negara yang memimpin rakyat bertanggungjawab atas mereka, dan seorang laki-laki adalah pemimpin penghuni rumahnya dan bertanggungjawab atas mereka”. (Muttafaq ‘Alaih)

3. Prinsip Berhubungan antara Pemimpin dan yang Dipimpin Berdasarkan Persaudaraan Saling Mencintai
“Pemimpin-pemimpin kamu yang baik adalah pemimpin-pemimpin yang mencintai mereka (rakyat) dan mereka mencintai kamu, mereka mendo’akan kamu dan kamu mendo’akan mereka. Sedangkan pemimpin-pemimpin kamu yang tidak baik adalah para pemimpin yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu.” (HR. Ahmad)

4. Prinsip Keta’atan
“Wajib atas seorang muslim mendengarkan dan mena’ati perintah baik yang disenangi maupun tidak, kecuali jika ia perintah untuk melakukan maksiat”. (HR. Bukhori)

5. Pemimpin yang Tidak Konsisten dan Tidak Bertanggungjawab
“Akan datang kepada kamu pemimpin-pemimpin yang memerintahkan kamu untuk melakukan sesuatu padahal mereka tidak melaksanakannya, barangsiapa yang membenarkan kedustaan mereka itu dan membantu kezaliman mereka, maka ia tidak termasuk golonganku dan aku tidak termasuk golongannya”. (Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah)

6. Prinsip Tolong-Menolong oleh yang Kuat atas yang Lemah dan yang Kaya atas yang Miskin
“Barangsiapa memiliki kelebihan berupa kemampuan maka hendaklah ia membantu dengan kelebihannya itu atas orang yang tidak memiliki kemampuan dan barang siapa memiliki kelebihan bekal maka hendaklah ia memberikan kelebihannya itu kepada orang yang kekurangan bekal”. (HR. Abu Daud)

7. Prinsip Kebebasan Pendapat
“Siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia ubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu dengan lisannya, dan jika tidak mampu dengan lisan maka dengan hatinya dan yang demikian adalah selemah-lemah iman”. (HR. Ahmad)

8. Prinsip Persamaan di depan Hukum
“Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu binasa lantaran apabila ada seorang tokoh terhormat mencuri mereka membiarkannya, dan tetapi apabila ada seorang lemah mencuri mereka melaksanakan hukum atasnya. Demi ALLAH, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri niscaya aku akan potong tangannya”. (HR. Ahmad)

9. Prinsip dalam Mengangkat Para Pejabat Negara atau Pelaksana Suatu Urusan
“Janganlah kamu meminta suatu jabatan pemerintahan, sebab jika jabatan itu diberikan kepadamu atas permintaanmu maka aka berat bagimu mempertanggungjawabkannya. Tapi bila jabatan itu diberikan kepadamu tanpa ada permintaan dari maka kamu akan mendapat kekuatan melaksanakannya. Jika kamu telah diangkat dengan suatu sumpah, kemudian kamu melihat orang lain  yang lebih baik untuk menduduki jabatan itu maka serahkanlah ia kepada orang itu lepaskan sumpah jabatanmu”. (HR. Ahmad)

10. Prinsip Musyawarah
“Hendaklah kamu selesaikan segala urusan kamu dengan musyawarah”. (Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Jalal Syaraf dan Ali Abd. Al-Mu’thi Muhammad, Al-Fikr Al-Siyasi fi Al-Islam)

11. Prinsip Persaudaraan
“Janganlah kamu saling membenci, saling menghasut, dan saling membelakangi, tapi jadilah kamu sebagai hamba ALLAH yang bersaudara. (HR. Bukhori)
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain”. (HR. Muslim)

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>A>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Nafsu-Rahasia


...

Sahi bin Abdullah — rahimahullah — pernah ditanya tentang rahasia nafsu, maka ia mengatakan, “Nafsu adalah suatu rahasia, dimana rahasia tersebut tidak akan tampak pada siapa pun

dari makhluk Allah kecuali hanya pada Fir’aun yang pernah mengatakan, ‘Saya adalah Tuhan kalian yang maha-tinggi.’ Rahasia nafsu memiliki tujuh lapis penghalang dari langit dan tujuh lapis penghalang dari bumi. Ketika seorang hamba berusaha mengubur nafsunya ke dalam lapisan-lapisan bumi, maka hatinya akan mulia membumbung tinggi ke lapisan-lapisan langit. Dan jika Anda telah mengubur nafsu Anda di bawah lapisan bumi, maka dengan hati Anda bisa sampai ke singgasana Arasy.”

Cemburu (Ghirah)
Asy-Syibli — rahimahullah — pernah ditanya tentang kecemburuan (ghirah), maka ia mengatakan, “Bahwa cemburu itu ada dua jenis: cemburu manusiawi (basyariyyah) dan cemburu Ketuhanan (Ilahiyah). Cemburu manusiawi adalah cemburu terhadap individu, sedangkan cemburu Ilahiyyah adalah sikap cemburu terhadap waktu, dimana ia tidak ingin menyia-nyiakannya untuk selain kepentingan Allah Swt.”

Masalah
Fath bin Syakhraf — rahimahullah — berkata: Suatu ketika saya pernah bertanya kepada Israfil, guru Dzun-Nun — rahimahumallah, ‘Wahai guru (syeikh), apakah rahasia-rahasia hati (al-asrar) akan disiksa sebelum tergelincir (melakukan dosa)?” Ia tidak menjawab selama berhari-hari, kemudian setelah itu ia mengatakan, “Hai Fath, jika kamu sudah berniat sebelum berbuat, maka al-asrar akan disiksa sebelum tergelincir (melakukan dosa).” Setelah mengatakan demikian ia lalu menjerit dan masih sempat hidup selama tiga hari sebelum akhirnya meninggal.

Abu Bakar Muhammad bin Musa al-Farghani yang dikenal dengan sebutan al-Wasithi pernah ditanya tentang sifat hati. Maka ia mengatakan, “Hati dibagi menjadi tiga kondisi: hati yang diuji, hati yang tercabut dari akarnya dan hati yang terkoyak hancur, dimana awal-awal dari kondisinya adalah roboh. Ini adalah orang yang mampu merealisasikan dengan permulaan-permulaannya, bahwa ia belum terwujud sebelum sesuatu yang disebutkan. Jika Anda hadir maka Anda akan jatuh pada kehancuran yakni kematian, berarti hilang. Maka inilah awal dan akhir Anda, agar Anda tidak mengatakan, ‘Saya telah maju dan mundur.’ Dan tiga jenis hati ini, lisan membisu tidak mampu berbicara.”

Al-Jariri ditanya tentang apa yang dimaksud dengan bencana (bala’). Maka ia mengatakan, “Bencana (bala’) itu dibedakan menjadi tiga macam: Sebagai siksaan bagi orang-orang yang ikhlas, sebagai penghapusan dosa bagi orang-orang terdepan dalam menjalankan kebaikan (as-sabiqun) dan sebagai pembenaran atas ujian bagi anbiya’ dan ash-shadiqin.”

Masalah tentang perbedaan antara al-hubb (cinta) dan al-wudd (kasih sayang). Al-hubb di dalamnya terdapat unsur dekat dan jauh, sedangkan Al-wudd sama sekali tidak mengandung unsur keterputusan, kejauhan ataupun kedekatan. Sesungguhnya orang yang menyaksikan al-hubb adalah dengan haqul-yaqin, orang yang menyaksikan al-wudd adalah dengan ‘ainul-yaqin sedangkan orang yang menyaksikan ash-shiyanah (keterjagaan) adalah dengan ilmulyaqin. Al-wudd adalah sambung (al-washl) tanpa kesinambungan (muwashalah). Sebab al-washl adalah tetap, sedangkan al-muwashalah adalah menggunakan waktu.

Tangis
Abu Said al-Kharraz — rahimahullah — ditanya tentang tangis, lalu ia mengatakan, “Tangis itu ada tiga macam: Dari Allah (minalIah), kepada Allah (ilallah) dan pada Allah (‘alallah). Sementara menangis yang dari Allah akan lama tersiksa kerinduannya bila disebutkan terlalu lama waktu bertemu-Nya, menangis karena takut terputus dengan-Nya dan berpisah dari imbalan yang dijanjikan-Nya, dan menangis karena gelisah bila ada kasih sayang dan kejadian-kejadian yang mengakibatkannya tidak bisa sampai kepada-Nya.

Sedangkan menangis kepada Allah adalah rahasia hatinya berusaha memaksakan kerinduan yang membara kepada-Nya dan menangis karena jiwanya terbang dengan kerinduan kepada-Nya, menangis karena kehilangan akal untuk-Nya, menangis karena mengadukan keluh kesah, menangis karena berhenti di depan-Nya, menangis karena lembutnya pengaduan kepada-Nya, menangis karena berhenti di hamparan kerendahan untuk mencari kedekatan dengan-Nya, menangis ketika bergegas apabila diduga lamban menuju kepada-Nya, menangis karena takut terputus jalan sehingga tidak bisa sampai kepada-Nya, menangis karena takut tidak bisa baik untuk bertemu dengan-Nya, dan menangis karena merasa malu. dengan-Nya dengan mata apa ia memandang-Nya. Kemudian menangis pada-Nya adalah menangis ketika diperlamban untuk bertemu dengan-Nya pada sebagian waktu yang ia biasakan, dan menangis karena kesenangan di saat ia bisa sampai kepada-Nya, bila ia dipeluk dengan kebaikan-Nya, sebagaimana seorang bayi yang masih menyusu ibunya, ketika itu ia menangis. Maka dengan demikian tangisan memiliki delapan belas macam.”

Yang Menyaksikan (Asy-Syahid)
Tatkala al-Junaid — rahimahullah — ditanya, “Mengapa asy-Syahid (yang menyaksikan) itu di sebut Syahid (menyaksikan)? Maka ia menjawab, “Dzat Yang Maha Menyaksikan, al-Haq Swt. adalah Yang menyaksikan hati nurani Anda dan rahasia-rahasia hati Anda, dimana Dia senantiasa mengetahuinya, menyaksikan Keindahan-Nya yang ada pada makhluk dan hamba-hamba-Nya. Jika seseorang melihat-Nya, ia akan menyaksikan Ilmu-Nya dengan melihat kepada-Nya. Sementara itu, seorang Sufi yang ‘menyaksikan’ harus menempuh tingkatan para murid, sehingga ia bisa menyaksikan umumnya kaum arif (al-’arifin) dan memikul nama orang yang menyaksikan yang hadir dalam kegaiban, dimana ia tidak merasa keberatan, tidak letih dan tidak pernah lengah. Jika ia masih pernah lengah dan lupa sebagaimana seorang murid, maka ia belum disebut orang yang sanggup menyaksikan (asy-syahid). Dan ketika yang berlangsung adalah selain ketentuan ini dalam lahiriahnya maka itu tidak benar, dan ia bukanlah cara yang ditempuh kaum Sufi.”




Kesucian Bermuamalah dan Beribadah
Syekh Abu Nashr as-Sarraj mengatakan: Para guru Sufi (syeikh) tanah Haram pernah berkumpul dengan Abu al-Husain Mi bin Hindun al-Qurasyi al-Farisi — rahimahullah — kemudian mereka menanyakan tentang kesucian bermuamalah dan beribadah. Maka ia menjawab, “Sesungguhnya pada akal terdapat petunjuk (dilalah), dalam hikmah terdapat isyarat dan dalam ma’rifat terdapat kesaksian (syahadah). Maka akal memberikan petunjuk, hikmah memberikan isyarat, dan ma’rifat menyaksikan bahwa kejernihan ibadah tidak akan dicapai kecuali melalui kejernihan ma’rifat yang ada empat:





  1. ma’rifat (mengenal) Allah Swt.;
  2. ma’rifat tentang diri (nafsu);
  3. ma’rifat tentang kematian;
  4. ma’rifat tentang apa yang bakal terjadi setelah kematian, dari janji dan ancaman Allah Swt. Maka orang yang mengenal Allah niscaya akan memenuhi hak-hak-Nya, orang yang mengenal nafsunya ia akan bersiap-siap melawan dan berjuang menentangnya, orang yang mengenal kematian akan bersiap siaga menghadapinya, orang yang mengerti ancaman Allah akan menjauhi larangan-Nya dan mengerjakan perintah-Nya.

Sementara itu untuk menjaga hak-hak Allah ada tiga cara: Memelihara kesetiaan (al-wafa’), adab dan muru’ah. Adapun menjaga kesetiaan adalah dengan menauhidkan hati Anda akan Kemahatunggalan (Infiradiyyah)-Nya, kukuh dan tetap untuk menyaksikan (musyahadah) Kemaha-esaan (Wahdaniyyah)-Nya dengan Cahaya Azaliyyah-Nya dan hidup bersama-Nya. Adapun menjaga adab adalah dengan menjaga rahasia-rahasia hati dan bersitan-bersitan luar, menjaga waktu, menghindari sikap dengki dan permusuhan. Sedangkan menjaga muru’ah ialah dengan tetap berdzikir, baik ucapan maupun perbuatan, menjaga lisan, mata, makanan dan pakaian. Itu semua bisa dilakukan dengan adab. Sebab pangkal semua keabaikan di dunia dan di akhirat adalah adab.” — Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita.

Kedermawanan
Al-Rants al-Muhasibi — rahimahullah — berkata, “Orang dermawan ialah orang yang tidak pernah peduli kepada siapa pun yang ia beri.” Sementara itu al-Junaid — rahimahullah — mengatakan, “Orang dermawan adalah orang yang tidak menjadikan Anda butuh kepada suatu perantara.”

Kamis, 09 Juni 2011

NOcom


Persamaan Syiah dengan Yahudi



Syiah didirikan oleh yahudi yaman bernama Abdullah bin Saba' (tolong di lihat lagi sejarahnya dari berbagai sumber jika ingin kom(......) lebih awal, dan warnakan syiah yang dimaksud)  maka dari itu Aqidah Syiah sama dengan Aqidah Yahudi.


>>>Yahudi berkeyakinan Pemerintahan Harus dari Keluarga Daud. Syiah-pun berkeyakinan Pemerintahan Harus dari Keluarga Ali.


Yahudi berkeyakinan tidak ada jihad fi sabilillah kecuali setelah muncul al-masih al-muntazar dan menyeru dari langit. Syiah-pun berkeyakinan tidak ada jihad fi sabilillah kecuali setelah muncul al-mahdi yang turun dari langit


Yahudi melewatkan shalat maghrib sehingga keluar binatang di langit begitu juga dengan syiah


Yahudi berkeyakinan Talak tiga tidak sah, begitu juga dengan keyakinan syiah


Yahudi berkeyakinan wanita tidak ada iddah, begitu juga dengan keyakinan syiah


Yahudi Menghalalkan darah kaum muslimin, begitu juga dengan syiah


Yahudi Menyelewengkan taurat, begitu juga dengan syiah yang menyelewengkan Al-Qur’an


Yahudi  Membenci jibril a.s. dan mengatakan “dia adalah musuh kami dikalangan malaikat”. Begitu juga dengan syiah yang membenci malaikat jibril  dan mereka mengatakan “Jibril salah memberikan wahyu kepada Muhammad yang seharusnya diberikan kepada ‘Ali”


Yahudi tidak makan daging unta, begitu juga dengan syiah.


Yahudi  mengharamkan arnab dan tuhhal, begitu juga dengan syiah


Yahudi  tidak ada hukum menyapu khuf (sepatu), begitu juga dengn syiah

Yahudi  menuduh maryam Pezina. Sedangkan syiah menuduh  Ummul Mukminin ‘Aisyah berzina. Karena inilah imam malik mengkafirkan syiah.


Kalau kita Tanya kepada yahudi: “siapakah yang terbaik di kalangan penganut agamamu?” Orang yahudi menjawab:  “Sahabat nabi musa a.s”


Kalau kita Tanya kepada nasrani: “siapakah yang terbaik di kalangan penganut agamamu?” Orang nasrani menjawab: “Sahabat nabi Isa a.s ”


Kalau kita Tanya kepada kalangan rafidhah: “siapakah yang paling jahat dikalangan penganut agamamu?” Orang syiah menjawab: ”Sahabat rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”

We...,!!! Kana-kanannu Anu...!!!

Wallaahualam Bisshawab..

Selasa, 31 Mei 2011

Ya

Bismillaah...

Manusia diciptakan oleh Allah dengan penciptaan yang paling sempurna, dibekalkan pada akal agar sentiasa berfikir sihat, boleh membezakan mana yang baik dan mana yang buruk. Namun dengan akal sahaja ternyata belum memadai, oleh kerananya Allah berikan pula kepadanya kitab petunjuk agar manusia tidak sesat jalan dan Allah utus rasulNya untuk memberikan pengajaran serta peringatan.

Sebenarnya dengan diutusNya rasul serta kitab petunjuk cukup bagi manusia sebagai bekalan untuk hidup di dunia ini, namun jika berdepan dengan "nafsu" justeru banyak hal-hal negatif yang akan timbul kerananya. Apabila mengikut hawa nafsu manusia akan lalai terhadap kebenaran serta sesat jalan, sebab sifat semulajadi nafsu adalah cintakan apa-apa yang menyenangkan.

Golongan-golongan yang dilaknat oleh Allah dan RasulNya.
Banyak pengajaran yang boleh dipetik sebagai peringatan agar manusia ini sedar dan kembali kepada jalan Allah. Dengan membaca serta mengkaji lebih dalam semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang telah dikurniakan nikmat oleh Allah kepada mereka, iaitu Nabi-Nabi dan orang-orang Siddiqiin dan orang-orang yang Syahid serta orang-orang yang Soleh.

KANDUNGAN
1. Iblis Dan Sekutunya
- Iblis
- Syaitan

2. Menyakiti Binatang
- Orang Yang Menyetubuhi Binatang
- Orang Yang Membentuk Rupa Hewan
- Orang Yang Menandai Hewan Di Mukanya

3. Duduk Di Tengah Halaqah
- Orang Yang Duduk Di Tengah Halaqah

4. Kedudukan Khamar (arak)
- Khamar Dan Kaitannya
- Peminum Khamar
- Penuang Khamar
- Penjual Khamar
- Pembeli Khamar
- Pemerah Khamar
- Pembuat Khamar
- Pembawa Khamar
- Penadah Khamar
- Memakan Hasil Penjualan Khamar

5. Menyembelih Binatang Untuk Selain Allah S.W.T.
- Orang Yang Menyembelih Binatang Untuk Selain Allah

6. Kedudukan Riba Dan Kaitannya
- Orang Yang Memakan Hasil Riba
- Orang Yang Memberi Makan Riba
- Penulis Dan Pencatat Riba
- Saksi Riba
- Orang Yang Enggan Menunaikan Zakat

7. Rasuah Serta Kaitannya
- Orang Yang Memberi Rasuah
- Orang Yang Menerima Rasuah
- Orang Yang Menjadi Penghubung Antara Pemberi Dan Penerima Rasuah
- Pemberi Dan Penerima Rasuah Dari Sudut Hukum

8. Binatang Kalajengking
- Kalajengking

9. Menyakiti Orang Tua Dan Kaitannya
- Mencela Orang Tua
- Menderhakai Orang Tua
- Mengutuk Orang Tua
- Memutuskan Silaturrahim

10. Golongan Kafir Dan Kaitannya
- Orang Kafir
- Orang Musyrik
- Orang Munafik
- Orang Yang Berlaku Zalim
- Orang Yang Berlaku Dusta
- Orang Yahudi
- Meraka Yang Kafir Daripada Kalangan Bani Israil
- Ashab As Sabti
- Kaum Nasrani
- Kaum 'Ad (Kaum Nabi Hud AS)
- Firaun Dan Hulubalangnya
- Mereka Yang Menyakiti Allah Dan Para Rasu-Nya
- Orang Yang Menyembunyikan Wahyu Yang Telah Allah Turunkan
- Orang Yang Percaya Kepada Jibt Dan Taghut
- Orang Yang Merosakkan Perjanjian Dengan Allah
- Orang Yang Memutuskan Apa Yang Diperintahkan Allah Untuk Dihubungkan
- Orang Yang Membuat Kerosakan Di Muka Bumi Ini
- Mereka Yang Dihinggapi Penyakit Di Dalam Hatinya

11. Amalan Meminta Minta
- Mereka Yang Mengharapkan Kepada Selain Allah SWT
- Mereka Yang Meminta Pertolongan Kerana Allah, Akan Tetapi Ditolak

12. Kedudukan Tukang Gambar
- Tukang Gambar

13. Membahayakan Orang Mukmin
- Mereka Yang Mencela Para Sahabat Nabi S.A.W.
- Mereka Yang Membunuh Orang Mukmin Dengan Sesiapa Tanpa Kebenaran Syarak
- Mereka Yang Memisahkan Anak Daripada Ibunya
- Mereka Yang Memutuskan Tali Silaturrahim
- Mereka Yang Mencelakakan Saudaranya Yang Mukmin
- Mereka Yang Mengkhianati Janji Sesama Saudara Muslim
- Mereka Yang Melakukan Makar Terhadap Saudaranya Mukmin
- Mereka Yang Menyesatkan Orang Yang Cacat Penglihatan
- Mereka Yang Mengancam Saudaranya Dengan Sesuatu
- Mereka Yang Membanggakan Seseorang Pemimpin Dengan Riak Dan Angkuh
- Mereka Yang Merubah Batas Sempadan Tanah
- Hamba Dinar Dan Dirham
- Mereka Yang Mengaku Dirinya Ada Hubungan Nasab Dengan Seseorang
- Orang Yang Menyalahgunakan Kuasanya
- Seorang Pencuri

14. Nikah Dan Kaitannya
- Mereka Yang Melakukan Perbuatan Kaum Nabi Luth AS
- Muhallil
- Muhallalah
- Seorang Suami Yang Mendatangi Isterinya Dari Belakang
- Mereka Yang Membenarkan Dan Merelakan Perbuatan Bid'ah
- Suami Yang Menuduh Isterinya Berbuat Zina
- Mereka Yang Menuduh Berzina Kepada Para Wanita Muhshanah
- Seorang Wanita Yang Menyerupai Lain Jenisnya
- Lelaki Yang Menyerupai Wanita
- Seorang Lelaki Yang Menirukan Gaya Wanita
- Seorang Lelaki Yang Mengenakan Pakaian Seorang Wanita
- Seorang Wanita Yang Mengenakan Pakaian Seorang Lelaki
- Seorang Wanita Yang Enggan Diajak Tidur Oleh Suaminya

15. Meratapi Kematian
- Seorang Wanita Yang Meratapi Kematian
- Seorang Wanita Yang Mendengar Tangisan Sebab Kematian
- Seorang Wanita Yang Membotakkan Rambutnya Kerana Suatu Musibah
- Seorang Wanita Yang Menjerit-Jerit Ketika Ditimpa Suatu Musibah
- Seorang Wanita Yang Mencakar-Cakar Mukanya Ketika Ditimpa Suatu Musibah
- Seorang Wanita Yang Mengoyakkan Pakaiannya Ketika Ditimpa Suatu Musibah
- Seorang Wanita Yang Memohon Penderitaan Ketika Ditimpa Musibah
- Seorang Wanita Yang Menziarahi Kubur Untuk Meratapinya
- Isteri Al-Musawwifah
- Mereka Yang Membina Masjid Di Atas Kubur

16. Menyambung Rambut Dan Seumpamanya
- Seorang Wanita Yang Menyambung Rambutnya
- Wanita Yang Meminta Disambungkan Rambutnya
- Seorang Wanita Yang Mengubah Bulu Keningnya
- Wanita Yang Meminta Untuk Direka Bentuk Bulu Keningnya
- Seorang Yang Melukis Sesuatu Pada Tubuhnya (Tatoo)
- Orang Yang Meminta Dilukis Sesuatu Pada Tubuhnya
- Orang Yang Merenggangkan Giginya Demi Kecantikan Dirinya.

Salam